Rusia Akan Potong Anggaran Militer, Proyek Apa yang Terimbas? |
Krisis
ekonomi dan sanksi telah berdampak buruk pada Rusia. Seperti yang terjadi dalam
beberapa tahun terakhir, anggaran negara dipotong dan pengeluaran militer juga
dikurangi.
"Musim
gugur ini, kami harus mengerjakan regulasi anggaran untuk tahun depan. Hal
tersebut termasuk pemotongan anggaran militer, tapi ini tidak akan memengaruhi
persenjataan tentara kita," ujar Presiden Rusia Vladimir Putin.
Hal yang
sama terjadi pada 2016, saat pemerintah Rusia mengurangi pengeluaran militer
sebanyak 160 miliar rubel atau sekitar Rp 36,2 triliun.
Menurut CEO
Pusat Analisis Strategis dan Teknologi, Ruslan Pukhov, hal tersebut tidak
mengejutkan.
Pukhov
menuturkan, masyarakat Rusia tak perlu khawatir atas berkurangnya anggaran
militer atau kemampuan pertahanan negara. Persenjataan militer tidak melamban,
karena angkatan darat, udara, dan laut tetap akan menerima sistem senjata
canggih seperti yang direncanakan.
Namun
menurut Pukhov, jika resesi berlanjut militer negara akan menderita 10 hingga
15 tahun dari sekarang.
Dikutip dari
RBTH Indonesia, Senin
(21/8/2017), porsi terbesar di anggaran Kementerian Pertahanan Rusia yang
mencapai US$ 48 miliar atau hampir empat persen dari PDB negara, dihabiskan
untuk sistem militer generasi baru.
Namun
begitu, para pakar percaya bahwa anggaran dapat diseimbangkan dengan menunda
beberapa rencana pengembangan militer.
"Beberapa
pengiriman dan pekerjaan ilmiah akan ditunda oleh pemerintah. Sebagai contoh,
saat ini Rusia tidak perlu menginvestasikan berton-ton uang untuk pengembangan
sistem misil kereta Barguzin dengan misil balistik antarbenua (ICBM). Jadi,
proyek ini mungkin akan ditunda untuk beberapa tahun," ujar analis militer
harian Izvestia, Dmitry Safonov, kepada RBTH.
Ia juga
percaya bahwa pemerintah akan menunda mengeluarkan uang untuk pengembangan PAK
DA, bomber strategis modern. Seperti Barguzin, ada sistem-sistem lain yang
dianggap dapat menggantikan mereka untuk saat ini.
"Ini
adalah proyek jangka panjang yang rumit. Rusia tidak berencana untuk memulai
perang atau terlibat dalam konflik yang membutuhkan 'monster' terbang yang
mampu mengirim misil dan bom 30 ton ke musuhnya. Aviasi strategis modern
seperti Tu-160, Tu-22M3, dan Tu-95 mampu menjalankan tugas dalam operasi
melawan teroris ISIS," Safonov menambahkan.
Sementara
itu, para pakar sepakat bahwa beberapa program misil nuklir tidak akan ditunda
atau dipotong anggarannya karena dianggap penting.
Menteri
Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pada awal tahun ini, bahwa industri
militer Rusia sedang bekerja nonstop untuk menciptakan ICBM baru, Sarmat.
Roket dengan
kode nama RS-28 tersebut berbobot 100 ton dan berkapasitas angkut 10 ton. Misil
pertamanya akan dikirim ke Pasukan Misil Strategis setelah 2020 dan
menggantikan R-24V Voevoda, yang saat ini dikenal sebagai misil strategis
terberat dan paling mengerikan di dunia -- berbobot 211 ton dengan kapasitas
angkut sembilan ton.
Seperti yang
dikatakan Safonov, misil ini akan menjadi tulang punggung kebijakan pencegahan
nuklir karena ia mampu terbang sejauh 17 ribu kilometer dan membawa 15 multiple
reentry vehicle.
"Ini
akan menjadi kunci untuk mencegah konflik besar dan melindungi negara di masa
depan," ujarnya kepada RBTH.
liputan6
0 Response to "Rusia Akan Potong Anggaran Militer, Proyek Apa yang Terimbas?"
Post a Comment